siapa menggores di langit biru
siapa meretas di awan lalu
siapa mengkristal di kabut itu
siapa mengertap di bunga layu
siapa cerna di warna ungu
siapa bernafas di detak waktu
siapa berkelebat setiap kubuka pintu
siapa mencair di bawah pandangku
siapa terucap di celah kata-kataku
siapa mengaduh di bayang-bayang sepiku
siapa tiba menjemputku berburu
siapa tiba-tiba menyibak cadarku
siapa meledak dalamku
: siapa Aku
-Sonet X-
***
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
-Aku Ingin-
***
kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya
kupandang semesta
ketika Engkau seketika memijar dalam Kata
terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara
kemudian daun bertahan pada tangkainya
ketika hujan tiba. Kudengar bumi sediakala
tiada apa pun di antara Kita: dingin
semakin membara sewaktu berhembus angin
- Dalam Doa II-
****
"dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya!
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya "
****
Di sudut hati yang paling dalam, ada je hasrat untuk menulis puisi dan dibukukan untuk simpanan sendiri.
Namun, akibat kekangan masa dan kekurangan kesempatan, maka hasrat selalu ditangguhkan dan ditolak ketepi dahulu.
Tu semua alasan. Bukannya susah pun nak bawa buku nota kecil ke mana-mana dan bila ada senggang masa (waktu nak tunggu syawerma siap ke), duduk dan menulis puisi sekerat dua sebentar.
Dan selalu lupa tentang suatu fakta ,
yang bila menulis puisi, otak juga sedang ligat berfikir.
ligat berfikir macam main sudoku (my fevret :D)
Apapun,
Buku puisi 'Hujan Bulan Juni' oleh Sapardi Djoko Domono sudah siap masuk di dalam 'wislist'
-Yang menulis sambil makan Fatiroh bi Sukkar (roti canai inti gula)-